PENGUNJUNGKU

Jumat, 09 April 2010


Panduan Menjadi Guru Profesional

Oleh: Qurroti A’yun*

Judul : Buku Panduan Praktis: Menjadi Guru Unggul
Penulis : Ahmad Barizi
Penerbit : Ar-Ruzz Media – Yogyakarta
Cetakan I : 2009
Tebal : 172 halaman

Bangsa yang berkualitas adalah bangsa yang maju pendidikannya. Karena pendidikan adalah penentu sebuah bangsa menjadi berkembang dan berkualitas. Kiranya komitmen dan cara pandang seperti inilah yang seharusnya dimiliki dan tertanam dalam pikiran semua orang dalam suatu bangsa. Karena pendidikan merupakan sesuatu yang sangat vital bagi pembentukan karakter sebuah peradapan dan kemajuan yang mengiringnya. Karena itu, sebuah peradapan yang memperdayakan akan lahir dari suatu pola pendidikan dalam skala luas yang tepat guna dan efektif bagi konteks dan mampu menjawab segala tantangan zaman.

Pendidikan yang maju tidak bisa lepas dari peran serta guru sebagai pemegang kunci keberhasilan. Guru menjadi fasilitator yang melayani, membimbing, membina dengan piawai dan mengusung siswa menuju gerbang keberhasilan. Hidup dan mati sebuah pembelajaran bergantung sepenuhnya kepada guru. Guru mempunyai tanggung jawab menyusun strategi pembelajaran yang menarik dan yang disenangi siswa, yakni rencana yang cermat agar peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari pelajaran.

Sebagai tenaga pendidik yang memiliki kemampuan kualitatif, guru harus mneguasai ilmu keguruan dan mampu menerapkan strategi pembelajaran untuk mengantarkan siswanya pada tujuan pendidikan, dalam hal ini pendidikan agama misalnya, yaitu terciptanya generasi mukmin yang berkepribadian Ulul Albab dan insan kamil. Banyak model pembelajaran di sekolah yang bisa diaplikasikan oleh guru. misalnya, model pembelajaran secara terpadu, baik dengan pusat-pusat pendidikan -orang tua, masyarakat, dan sekolah-, maupun terpadu dengan materi lain.

Oleh sebab itu, guru harus memperolah tempat yang layak dalam pembangunan karakter bangsa serta menghargai dan sekaligus memberdayakan guru dalam konteks reformasi pendidikan adalah wajib hukumnya. Sebab, profesionalitas guru merupakan hal paling utama bagi keberhasilan suatu sistem pendidikan. Guru harus dihargai dan diberdayakan sesuai dengan prestasi yang dicapainya.

Namun pada kenyataannya tidak mudah menjadi seorang guru yang mampu menjadikan siswanya manusia yang berkualitas dan berakhlak karimah menuju arah kehidupan yang lebih baik, tentu saja membutuhkan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Sejumlah syarat yang yang dapat menjawab tantangan dan peluang pembelajaran serta menyusun strategi pembelajaran yang unggul dan profesional. Profesionalisme keguruan bukan hanya memproduksi siswa menjadi pintar dan skilled, akan tetapi bagaimana mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa menjadi aktual. Di sinilah kepribadian profesional guru diidamkan.

Untuk itu, maka menjadi keharusan bagi semua kalangan yang sedang menggeluti dunia pendidikan, khususnya guru untuk membaca dan menjadikan buku ini sebagai acuan. Panduan untuk menjadi sosok pendidik yang unggul idaman semua siswa. Buku yang dikemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami ini memang pantas untuk dikoleksi. Secara gamblang buku “panduan praktis menjadi guru unggul” ini menjabarkan bagaimana menciptakan pembelajaran yang produktif dan profesional. Suatu usaha memodifikasi proses integrasi dan optimalisasi sistem pendidikan di sekolah, dengan harapan menjadi pedoman yang signifikan bagi proses pembentukan kepribadian siswa yang kokoh yakni intelektual, moral dan spiritual.

Tidak banyak buku yang berorientasi pada bagaimana menciptakan sistem pendidikan di sekolah yang efektif, praktis dan operasional seperti buku karangan Ahmad Bahrizi, dosen sekaligus mahasiswa program Doktor pada program pascasarjana UIN Jakarta ini. Selain kerangka filosofisnya yang menggugah hati nurani, yang belum dimiliki oleh buku-buku lain. Setidakny hal ini bisa dibaca pada kerangka metodologis yang disajikan dengan lugas dan populer serta praktis dikembangkan ke berbagai sistem pendidikan yang ada. Baca lebih dalam dan tuntas pembahasan buku ini, panduan lengkap bagaimana menjadi seorang guru yang unggul sehingga dapat mencetak pribadi yang berkualitas dan berakhlak karimah.


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

11 11 2009

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A. PENGERTIAN

Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati.

B. TEORI PERKEMBANGAN

4 pendekatan perkembangan meliputi : Kognitif, Belajar lingkungan, Etologi dan Imam Al Ghazali.

1. Pendekatan kognitif

a. Model dari Piaget

1. Sensomotoris 1-2 tahun pengetahuan dengan interaksi fisik

2. Praoperasional 2 – 6 tahun menggunakan symbol-simbol

3. Operasi konkret 6-11 tahun memecahkan masalah secara logis

4. Operasi formal 11tahun operasi mental tingkat tinggi

b. Model pemrosesan informasi

Input (lingkungan dan rangsangan)———-Proses (mengolah dan menyusun informasi) ————-output (tingkah laku)

c. Model Kognisi sosial —-kebudayaan menentukan perkembangan

2. Pendekatan belajar atau lingkungan

Perubahan tingkah lagu karena proses pengkondisian dan pembelajaran,

Skinner membagi dua

    1. Respondent Behavior : adanya tingkah laku karena reflek akibat adanya rangsangan dapat berupa respon fisik dan respon emosional.
    2. Operand Behavior : tingka laku sukarela krena dampak atau konsekuensi. Yang baik menyenangkan akan cenderung diulang dn yan tidak menyenangkan ditinggal.

3. Pendekatan etologi

Tingkah laku muncul karena bawaan (genetis)

4. Pendekatan Imam Al Gazhali

C. CIRI- CIRI PERKEMBANGAN

- Menghalami perubahan fisik dan psikis

- Perubahan proporsi fisik dan psikis

- Hilangnya tanda-tanda lama fisik dan psikis

- Timbulnya tanda tanda baru aspek fisik dan psikis

D. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN

- Perkembangan proses yang tidak pernah berhenti

- Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi

- Perkembangan mengikuti pola dan arah tertentu

- Perkembangan terjadi dalam tempo berlainan

- Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas

- Setiap individu yang normal mengalami fase perkembangan

Arah perkembangan menurut Yelon dan Weinstein

  1. Cephalocaudal 7 proximal distal: Dari kepala ke kaki (Cepphlocaudal)

Dari tengan ke pinggir (proximal distal)

  1. Struktur mendahului fungsi

E. FASE PERKEMBANGAN

Fase perkembangan menurut Freud :

1. Fase oral : 0 – 1 tahun terfokus pada fungsi mulut)

2. Fase anal : 1 -3 tahun terfokus fungsi eliminatif (pembuangan kotoran)

3. Fase Phalis : 3 – 5 tahun

4. Fase latent : 5 – 12/13 tahun

5. Fase pubertas : 12.13 tahun – 20 tahn

6. Fase genetal : kematangan

a. Analisis Biologis

1) Aristoteles

Tahap I : 0 – 7 tahun masa anak kecil/bermain

Tahap II : 7 – 14 tahun masa anak/masa sekolah rendah

Tahap III : 14-21 tahun remaja/pubertas (peralihan anak menjadi dewasa)

2) Krestmer

Tahap I : 0 – 3 tahun masa fulung (pengisian) tampak pendek & gemuk

Tahap II : 3- 7 tahun masa Streckung (rentangan) tampak langsing & panjang

Tahap III : 7-13 tahun Fulung II tampak pendek dan gemuk

Tahap IV : 13-20 tahun Streckung tampak langsing

3) Elizabeth Hurlock

Tahap I : konsepsi/Prenatal, 280 hari dalam kandungan

Tahap II : 10 – 14 hari masa orok/infancy

Tahap III : 2 minggu – 2tahun Babyhood

Tahap IV : 2 – 11 Childhood

Tahap V : 11-21tahun masa Adolesence/ puberty, 11-13 pre adolescence,16-17 tahun early adolescence, late adolescence

b. Bedasar didaktis

1) Commenius

Tahap I : 0 – 6 tahun scola materna (sekolah ibu)

Tahap II : 6-12 tahun scola vernaculan (sekolah bahasa ibu)

Tahap III : 12-18 tahun scola latina (sekolah latin)

Tahap IV : 18-24 akademika

2) Rosssesau

Tahap I : 0 – 2 tahun usia asuhan

Tahap II : 2-12 tahun masa pendidikan jasamni dan panca indera

Tahap III : 12-15 tahun pendidikan akal

Tahap IV : 15-20 tahun pendidikan watak dan agama

c. Berdasar psikologis

1. Masa kegoncangan 1 : 4 tahun

2. Masa Kegoncangan 2 : 17 tahun

Dari 2 masa tersebut dijabarkan

- masa kanak-kanak 0-4

- masa keserasion sekolah 4 – 17

- masa kematangan >17.

Fase perkembangan kaitannya dengan proses belajar mengajar

- Masa pra sekolah : 0 – 6 tahun (masa vital(Freud :masa oral)& masaestetik

- Masa sekolah dasar : 6 – 12 tahun (masa kelas rendah dan kelas tinggi)

- Masa sekolah menengah : 12 – 18 tahun( pra remaja dan remaja)

- Masa Mahasiswa : 18 – 25 tahun (remaja akhir-dewasa)

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPEGARUHI PERKEMBANGAN

1. Keturunan

2. Lingkungan ( fungsi Keluarga, hubungan orang tua, social ekonomi , sekolah/pendidikan, dan teman sebaya)

G. TUGAS-TUGAS PERKEMBAGAN

1. Tugas perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak 0- 6 tahun

Belajar : berjalan, berbicara, makan, mengenal perbedaan pria wanita, kestabilan jasmani ,memebentuk konsep, hubungan emosional dengan orang tua, mengadakan hubungan baik dan buruk

2. Tugas perkembangan pada masa sekolah 6 – 12 tahun

Belajar: ketrampilan fisik, sikap sehat, bergaul, eksistensi diri, membaca, menulis,berhitung, mengembangkan konsep sehari-hari, mengembangkan kata hati, memperoleh kebebasan pribadi, mengembangkan sikap positif terhadp kelompok sosisal

3. Tugas perkembangan masa remaja

Menurut Wiliam Kay

- Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya

- Mencapai kemandirian emosional

- Belajar bergaul secara individula dan kelompok (komunikasi minterpersonal)

- Menemukan idola

- Menerima keadaan dirinya dan percaya diri

- Memperkuat pengendalian diri

- Mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakan

Menurut Luella Cole

- Kematangan emosional

- Pemantapan minat heteroseksual

- Kematangan sosial

- Rmansipasi dari kontrol keluarga

- Memilih pekerjaan/karir

- Menggunakan waktu senggang secara tepat

- Memiliki filsafat hidup

- Identifikasi diri

menurut Havigrus

- Mencapai hubungan lebih matang dengan teman sebaya

- Mencapai peran sosial wanita atau pria

- Menerima keadaan fisik dan menggunkan secara efektif

- Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

- Mencapai jaminan kemandirian ekonomi

- Memilih dan mempersiapkan karir

- Mempersipakan pernikahan dan hidup keluarga

- Mengembangkan ketrampilan intelektual

- Mencapai tingkah laku yang bertangung jawab secara sosial

- Memperoleh seperangkat nilai dan norma dalam bertingkah laku

- Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME

H. PERAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN TUGAS PERKEMBANGAN

  1. Pencapaian tugas perkembangan melalui kelompok teman sebaya
  2. Mencapai perkembangan kemandirian pribadi
  3. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME

I. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN

  1. Perkembangan Fisik (Syaraf, Otot, Kelenjar Endokrin, Struktur fisik )
  2. Perkembangan Intelegensi
  3. Perkembangan Emosi
  4. Perkembangan Bahasa
  5. Perkembangan Sosial
  6. Perkembangan Kepribadian
  7. Perkembangan Moral
  8. Perkembangan Kesadaran beragama

J. TIPOLOGI KEPRIBADIAN

a. Tipologi physis

1. Hipocrates – Galenus

- Sangui (darah) ”Sanguinis” :ekspansif, lincah, riang, tidak mudah putus asa, murah senyum dll . Filosofi api : panas

- Flegma(lympha) ”Flegmatis” : plastis, tenang, dingin, sabar, tidak mudah terpengaruh dll. Filosofi udara : dingin

- Choleri (empedu kuning)” Choleris” : garang, lekas marah, mudah tersinggung, pendendam, serius dll. Filosofi tanah :kering

- Melanchole (empedu hitam) “melancholis”: Kaku, muram penakut, pesimis dll. Filosofi air : basah.

2. Menurut Sigaud

- Motorik “muskuler” : badanya serba panjang,berspir dan bersudut

- Pernafasan”respiratoris”: wajah lebar dan dada membusung

- Pencernaan “digestif”: perut besar dan pinggangnya lebar

- Susunan syaraf sentral “ sebral” : langsing, tulang tengkoraknya atas lebar

3. Menurut Kretschmer

jasmani

- Piknis : badan serba bulat, pendek, gendut, bundar, berlemak, dada berisi

- Asthenis : badan langsing, serba panjang, dada rata, kepala kecil, wajah sempit

- Atletis : campuran piknis dan asthenis

- Desplastis : bentuk badan tinggi dan besar atau kecil dan pendek

Psikis

- Schizothim (sukar bergaul, egoistis, tidak banyak kawan)

- Cylothim (mudah bergaul, banyak teman)

4. Menurut Wiliam Sheldon

struktur fisik

- komponen jasmani primer

Endomorphhy : gemuk, lembut berat badan rendah

Mesomorphy : kokoh kuat ototnya bersegi segi dan tahan saki

Ectomorphy : jangkung, dada pipih, ototnya tida kelihatan

- komponen jasamani sekunder

Dysplasia : ketidak selarasan bentuk tubuh

Gynandromorphy : tubuh lembut, pinggul besar dan sifat kewanitaan

Texture : tampan

Analisa kepribadian

Viscertonia : rileks, suka hiburan, gemar makan-makan,membutuhkan orang lain, tidurnya nyenyak (ekstrovet)

Somatotonia : gagah, perkasa, terus terang,kebutuhan geraknya besar

Cerebrotonia : ragu-ragu, kurang gagah, reaksinya cepat, tidak berani bicara di depan umum, suka mengasingkan diri (introvet)

b. Tipologi Psikhis

1. Heymans

- Emosional : cepat memihak, fantasinya kuat, mudah marah, senang sensasi

- Aktivitas : suka bekerja, mudah bertindak, banyak hobi, tidak mudah putus asa,

- Fungsi sekunder : betah dirumah, taat adat, setia, konsekwen, besar berterima kasih

2, Ewald

- Penerimaan rangsang

- Penyimpan kesan

- Pengolahan rangsang

- Reaksi balik dari rangsang

3. Tipologi George Kerchenteiner

- Kekuatan kemauan

- Katajaman pendapat

- Kepekaan yang halus dalam perasaan

- Aufwulbarkait (lama mendalami getaran jiwa)

4. Tipologi Plato

- Fikiran kedudukan di kepala sumber kebijaksanaan

- Kemauan kedudukan di dada sumber keberanian

- Perasaan, kedudukan dalam tubuh bagian bawah sumber menahan hawa nafsu

5. Tipologi Querrat

- Cognisi (mengenal) ”ahli fikir”

- Emosi (merasa) ”ahli rasa”

- Conasi (menghendaki) ” ahli bertindak”

c. Tipologi Budaya

1. Riesman

- Kepribadian ditentukan Tradisi

- kepribadian dipimpin Rohaninya

- kepribadian ditentukan atas norma yang dikemukakan orang lain

2. E. Spranger

- Ekonomi : suka bekerja, agak kikir, mencari dan bangga dengan harta

- Politik: ingin berkuasa, menguasai orang lain, tidak mencintai kebenaran

- Sosial : senang berkorban, pandai bergaul

- Ilmu Pengetahuan : senang membaca, serba ingin tahu, gemar berfikir

- Kesenian : gemar mencipta , senang keindahan, hidup bersahaja

- Agama : senang memuja, hidupnya untuk Tuhan dan akhirat

3. W dan E Yaensash

Dasar penggolongan

- Geologis

- Tubuh

sehingga dibedakan 2 tipe kepribadian :

- Tetanoide : muka pucat, selalu sedih, matanya kecil, pendiam, segala sesuatu dipandang berat

- Basedowide : wajah mudah berubah, mukanya lebar, mudah bergaul, matanya hidup, banyak berpendapat

terima kasih untuk mbak Noor Fitrihana

Minggu, 14 Maret 2010

RAGAM MAKNA

Ragam Makna

Ragam makna dapat dilihat dari berbagai kriteria atau sudut pandang. Oleh karena itu, di dalam berbagai sumber pustaka dapat ditemukan berbagai macam ragam makna. Pembedaan makna leksikal dan gramatikal adalah makna yang terjadi sebagai akibat proses-proses gramatikal, seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.Pembedaan makna denotatif dan makna konotatif didasarkan pada ada tidaknya nilai rasa. Makna denotatif adalah makna yang ada pada setiap leksem atau kata, sedangkan makna konotatif adalah nilai rasa positif, negatif maupun netral. Dalam berbagai buku pendidikan makna konotatif disebutkan juga sebagai makna tambahan yang ada pada setiap kata, termasuk makna lugas dan makna asosiasi, makna konseptual adalah makna yang ada dalam sebuah leksem, yang sebenarnya sama saja dengan makna leksikal dan makna denotatif, sedangkan makna asosiasi adalah makna lain yang dikaitkan dengan makna pada kata tertentu. Makna kata biasanya bersifat umum. Dibedakan dengan makna leksikal atau makna istilah yang bersifat tetap dan khusus karena hanya digunakan pada bidang kegiatan tertentu.Makna lugas sebenarnya sama saja dengan makna leksikal atau makna leksikal denotatif, dipertentangkan dengan makna kias, yaitu makna yang merupakan kiasan, perbandingan atau persamaan dengan sesuatu yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (1988). Semantik – Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru.Chaer, Abdul. (1990). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta._______. (1993). Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta._______. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.Chafe, Wallace L. (1970). Meaning and The Structure of Language. Chicago: The University of Chicago Press.Leech, Geoffrey. (1976). Semantik 1 dan 2. Utrecht Antwerp: Uitgevery Het spectrum.Nida, E.A. (1975). Componential Analysis of Meaning. The Haque-Paris. Mouton. Palmer, F.R. (1981). Semantik. London: Cambridge University Press.Pcteda, Mansoer. (1986). Semantik Leksikal. Ende-Flores: Nusa Indah.Poerwadarminta, W.J.S. (1983). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Ullman, Stephen. (1972). Semantik An Introduction to the Science of Meaning. Oxford: Basil Blackwell.

MAKNA KONOTATIF

PENDAHULUAN
ASPEK MAKNA DALAM SEMANTIK DAN KETERKAITANNYA
DENGAN JENIS-JENIS

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Lalu apakah pengertian dari makna, aspek apa saja di dalamnya dan seperti apakah keterkaitan aspek-aspek makna tersebut dengan jenis-jenis dari makna yang dipelajari dalam semantik ? Pada bagian selanjutnya dari makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian makna, aspek-aspek makna dan keterkaitannya dengan beberapa jenis makna yang dipelajari dalam semantik.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.

1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.

2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.

3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.

4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.

5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.

PENUTUP

A. Simpulan
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
2. Nilai rasa (feeling)
3. Nada (tone)
4. Maksud (intention)
Keempat aspek makna di atas memiliki keterkaitan dengan jenis makna yang ada dalam semantik.

MAKNA KONOTATIF

Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna dasar Makna tambahan
(denotasi) (konotasi)
merah : warna ………………………. berani; dilarang
ular : binatang ……………………..menakutkan/ berbahaya
Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi.
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif.
Contoh:
Konotasi positif Konotasi negatif
suami istri laki bini
tunanetra buta
pria laki-laki
Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra.